Berawal dari Iseng, Hoghock Malah Sukses Membuka Cabang – Jerman memiliki kuliner berbasis daging yang variasinya sangat beragam. Salah satu yang cukup digemari oleh banyak orang adalah German pork knuckle. Karena kelezatannya inilah yang menyebabkan pork knuckle cukup populer di kalangan para pecinta kuliner daging babi.
Inilah yang membuat Brando mendirikan Hoghock, sebuah restoran khusus menyediakan rice bowl yang terinspirasi dari German pork knuckle. Inspirasi ini awalnya datang ketika ia sering menyantap pork knuckle.
Namun, ia melihat suatu masalah bahwa porsi pork knuckle yang sebenarnya itu terlalu besar dan kurang cocok untuk orang Indonesia. Dari sana, ia terpikir untuk membuat pork knuckle berukuran lebih kecil dalam bentuk rice bowl.
Bagaimana awal mula berdirinya Hoghock?
Brando, pemilik Hoghock
Brando yang awalnya bekerja sebagai seorang programmer full time, mulai menjajakan hasil kreasinya di beberapa bazaar saat akhir pekan. Ia tidak pernah terpikir usahanya bisa berkembang pesat hingga seperti sekarang di mana ia sudah memiliki cabang di beberapa tempat.
“Dulu, karena saya masih kerja juga, kebetulan store pertama itu di sebuah food court yang biasa banget. Lokasinya di Taman Ratu juga,” ujar Brando.
View this post on Instagram
Ia memulai semuanya dari nol, termasuk dari modal. Namun setelah sekitar dua tahun beroperasi memiliki kedai sendiri, kini ia sudah memiliki delapan outlet yang aktif dan menuju outlet ke-9.
Separuh outlet yang ia miliki merupakan franchise dan separuhnya lagi merupakan miliki manajemen. Sementara itu, dua di antaranya merupakan Hoghock berkonsep restoran yang berlokasi di Gading Serpong serta Pantai Indak Kapuk.
Sistem pembukuan seperti apa yang digunakan Hoghock?
View this post on Instagram
Mengenai sistem kasir, Hoghock awalnya masih mengandalkan sistem penghitungan secara manual, bahkan sampai ketika ia memiliki outlet pertamanya.
Namun, ini bukan masalah mengingat saat awal-awal merintis transaksi masih bisa dihitung dengan jari. Brando memutuskan untuk menggunakan Moka ketika suatu ketika ia sudah mulai bisa menjual 20 hingga 30 porsi dalam sehari karena ia mengalami kesulitan untuk merekap penjualan per hari.
Braised Pork Knuckle, salah satu menu yang juga jadi favorit pelanggan di Hoghock. Sumber: Instagram @hoghock
Kini, semua outlet yang ia miliki sudah menggunakan Moka bahkan hingga ke warehouse, yang mana ia menggunakan Inventory Management untuk menghitung stok bahan baku. Fitur ini digunakan karena Hoghock memiliki sistem dapur terpusat yang akan mengirim stok bahan baku ke semua outlet.
“Dari segi POS ini sudah jelas ya fungsinya. Dulu pas kita merekap hasil penjualan itu susah, kita masih menghitung satu-satu. Sekarang beda, semua sudah serba otomatis. Tapi yang paling penting itu adalah dari segi bahan baku. Saya itu orangnya untuk masalah stok harus akurat. Karena kalau penghitungan stoknya kurang bagus, keuntungannya akan berkurang,” ujar Brando.
Seberapa membantu dana dari Moka Capital untuk mengembangkan bisnis Hoghock?
View this post on Instagram
Latar belakang Brando sebagai programmer membuatnya benar-benar mengulik semua fitur yang ada di Backoffice Moka. Termasuk ketika ia melihat adanya Moka Capital. Ia pun mulai iseng mengajukan pinjaman ke KoinWorks melalui fitur Moka Capital yang sudah terintegrasi. Ia berpikir jika disetujui, ia akan menambah outlet lagi.
Alasannya mengajukan pinjaman melalui Moka Capital pun semata-mata karena ada kepercayaan yang ia rasakan ketika selama ini menggunakan Moka. Ia bahkan tidak memiliki keinginan untuk meminjam ke bank.
“Pertimbangan saya (menggunakan Moka Capital) karena trust. Kedua, prosesnya gak ribet. Itu kuncinya. Karena semua data transaksi sudah ada di mereka sejak awal,” ujar Brando menambahkan.
Hoghock memberikan pelayanan premium bagi setiap pelanggannya, entah itu anak kecil, dewasa, atau lansia.
Sumber: Instagram @hoghock
Hoghock yang berlokasi di PIK pun memiliki konsep yang sama dengan Gading Serpong, yakni sebuah restoran. Berbeda dengan outlet lainnya yang sifatnya lebih merupakan outlet on-the-go.
“Di Serpong targetnya orang Tangerang. Karena saya ingin agar memiliki market juga di Jakarta, jadi saya memilih untuk membuka cabang di PIK. Dengan menggunakan Moka Capital, saya jadi memiliki dua-duanya. Selanjutnya, mungkin beberapa outlet express akan saya upgrade. Cabang di Permata Hijau adalah salah satunya,” ujar Brando.
Nah, itulah dia kisah sukses Brando yang berhasil melakukan ekspansi bisnis dengan membuka berbagai cabang Hoghock. Mau tahu kisah inspiratif pebisnis lainnya yang sukses berkait dukungan Moka Capital?