Pochajjang: Ubah Konsep Resto Sampai Fokus Delivery – Pandemi corona menjadi musibah yang tidak disangka-sangka datangnya di tahun 2020 ini. Wabah ini membuat segala bentuk rencana menjadi berantakan. Dunia bisnis menjadi salah satu korbannya. Ada yang beralih ke bentuk usaha online atau bahkan ada yang sepenuhnya tutup.
Walau demikian, meski di satu sisi pandemi ini dianggap musibah, di sisi lain juga bisa dianggap sebagai tantangan, terutama bagi para pelaku bisnis. Inovasi usaha menjadi penting di tengah krisis. Dengan inovasi, sebuah bisnis bisa tetap mempertahankan eksistensinya dan tetap digemari pelanggan setianya.
Anda bisa mempelajari bagaimana sebuah bisnis bertahan hidup di tengah wabah Covid-19 dari Pochajjang yang tetap beroperasi di tengah-tengah pandemi. Namun, yuk berkenalan dulu dengan Pochajjang!
Pochajjang: Kedai Makan All You Can Eat Ala Korea
Kedai-kedainyajuga dikonsep dengan tenda berwarna menarik dan mencolok. Warna oranye adalah warna yang dipilih untuk tenda-tenda restorannya. Alasan di balik pemilihan warna tersebut adalah agar calon pembeli bisa dengan mudah menemukan lokasinya.
Mengapa kedainya berkonsep tenda? Tentu ada alasan tersendiri. Dengan citra tenda, Pochajjang ingin menampilkan kesan street food kepada pelanggan atau calon pembelinya. Citra ini tentu saja sesuai dengan harga terjangkau yang ditawarkan Pochajjang.
Baca juga: 11 Peluang Bisnis Rumahan Pasca COVID-19 yang Bakal Laris Manis
Sejauh ini, Pochajjang yang sudah memiliki sejumlah kurang lebih 70 cabang kedai di seluruh Indonesia berniat untuk memperbanyak jumlah cabangnya di Indonesia hingga mencapai angka 100 kedai, terutama Indonesia bagian timur, bahkan juga berencana untuk membuka cabang di luar negeri.
Tipe-tipe pelanggan bisnis kuliner ini pun beragam alias berasal dari semua kalangan. Walau demikian, tipe-tipe pelanggan tersebut tergantung pada lokasi di mana kedai Pochajjang itu berada.
Begini contohnya. Di area perkantoran, yang menjadi pelanggan adalah orang kantoran. Di area kampus atau sekolah, yang sering dine in di kedai tentu mahasiswa atau murid sekolah. Sementara di area dekat perumahan, yang menjadi pelanggan adalah keluarga yang membawa anak-anaknya ke kedai, terutama saat weekend.
Sampai saat ini, feedback pelanggan terhadap Pochajjang selalu positif. Respon konsumen kebanyakan adalah “enak banget”, “harganya terjangkau”, dan “ngenyangin banget”.
Soal harga menjadi sangat penting sekaligus menjadi nilai plus bagi Pochajjang karena image jajanan berbahan dasar daging di masyarakat memiliki citra “mahal”. Sementara, bisnis kuliner ini menawarkan pengalaman yang sebaliknya, yakni jajanan daging dengan harga terjangkau tetapi dengan kualitas yang bagus.
Bagaimana Cara Pochajjang Tetap Eksis Selama Pandemi
Walau begitu, Pochajjang membuktikan diri tetap bisa eksis dan tetap memberikan yang terbaik bagi pelanggannya di masa krisis ini. Apa saja yang dilakukan restoran all you can eat milik KULO Group ini?
1. Inovasi dan adaptasi dari segala aspek
Adaptasi pertama yang dilakukan ialah berpikir cepat. Maksudnya, berpikir cepat untuk menentukan inovasi bisnis apa agar bisnis Pochajjang tetap berjalan di tengah pandemi.
Selain itu, bagi Pochajjang, adaptasi dari segi mental pun penting. Menyebarnya wabah corona di Indonesia tentu saja menyebalkan. Walau begitu, kondisi tak terkontrol ini harus tetap disikapi dengan positif.
Semua staf didorong untuk lebih bersabar, tidak patah semangat, dan saling meng-encourage atau tetap memberi semangat satu sama lain.
Baca juga: 8 Tips Inovasi Bisnis Agar Usaha Anda Berkembang Pesat
Omong-omong soal inovasi, sebetulnya Pochajjang selalu membuat inovasi dalam kurun waktu 4 bulan sekali. Inovasi tersebut bisa dalam wujud rasa baru, saus baru, sides baru yang disesuaikan dengan demand yang ada dari pelanggan atau calon pembeli.
Pochajjang menganggap bahwa inovasi semacam ini penting agar pelanggan tidak merasa bosan dengan menu yang itu-itu saja.
2. Ubah konsep dan menu yang dijual
Saat wabah merebak, salah satu inovasi yang dijajal ialah menyediakan produk dalam bentuk frozen food dan juga rice box. Hal ini bertujuan agar para pelanggan bisa merasakan pengalaman baru memakan produk Pochajjang di rumah masing-masing, tidak dine in di restoran.
Kini, Pochajjang ingin memperlebar fokus, terutama ingin menambah variasi menu-menu yang dijualnya. Setelah menyediakan rice box, usaha ini juga berencana untuk membuat beef bowl.
3. Menerapkan protokol kesehatan
Protokol kesehatan juga diterapkan selama masa pandemi. Semua staf iwajibkan memakai masker dan sarung tangan, cek suhu, menggunakan spray dan face shield, mencuci tangan, dan protokol-protokol penting lainnya. Kedai Pochajjang sendiri pun selalu disemprot desinfectant.
Semua itu demi kebersihan makanan karena bagi Pochajjang, kepuasan pelanggan adalah prioritas utama. Saat pandemi, kepuasan pelanggan bisa diraih apabila produk makanan Pochajjang itu higienis.
4. Membuka toko online
Inovasi lain yang dilakukan adalah membuka toko online di website-website e-commerce semacam Tokopedia dan Shopee. Pochajjang juga bermitra dengan GoFood dan GrabFood untuk menjual produk makanannya secara online sehingga para pelanggan di rumah tetap dapat menikmati sajian makanan Korea khas resto ini.
Inovasi ini juga memberi keuntungan lain bagi karena jaringan konsumen mereka semakin bertambah. Apalagi, pelanggan dari luar kota pun juga dapat ikut memesan.
5. Fokus pada layanan delivery
Sebelumnya, Pochajjang berfokus pada konsep dine in dan all you can eat yang tentu saja para pelanggannya harus mendatangi restoran secara langsung. Namun, di era kenormalan baru, usaha ini menjual produknya secara online dan memanfaatkan layanan delivery GoFood dan GrabFood saja.
Bagaimana Pochajjang Memanfaatkan Aplikasi Moka?
Untuk merealisasikan 100 cabang yang ditargetkan restoran daging panggang ini, tentu ada lebih banyak tenaga dibutuhkan untuk membantu segala kegiatan operasional agar dapat berjalan lebih lancar. Tentu, selain memantapkan business plan, restoran ini membutuhkan teknologi yang dapat membantu mengotomatisasikan kegiatan-kegiatan manual.
Pochajjang pun menemukan kemudahan itu di aplikasi kasir Moka POS. Michelle sebagai CMO Pochajjang menilai bahwa penggunaan aplikasi Moka sangatlah efisien. Apalagi, mengingat kedai ini sudah memiliki banyak outlet, akan lebih mudah dan praktis untuk memantau semua cabang, cukup lewat aplikasi lainnya.
Pochajjang pun juga memanfaatkan fitur Table Management untuk mengetahui sudah berapa lama seorang pelanggan dine in di kedai karena setiap pelanggan dibatasi untuk all you can eat selama 90 menit saja.
Selain pencatatan waktu, Table Management memudahkan Pochajjang untuk memantau meja mana yang sudah atau belum terisi sehingga pelanggan tak perlu mengantre lama.
Kemudahan lain dalam mengoperasikan aplikasi Moka juga dirasakan ketika Pochajjang ingin menelurusi pengeluaran dan pemasukan usaha karena semua sudah tercatat secara rapi, otomatis, dan juga real-time. Dengan demikian, ia pun tidak perlu repot-repot melakukan pencatatan manual karena semua laporan penjualan yang dibutuhkan sudah disediakan oleh Moka.
Dari segi pembayaran pun, pencatatannya menjadi lebih praktis. Pochajjang dapat memberikan opsi penerimaan pembayaran yang lebih beragam, termasuk e-wallet seperti GoPay, OVO, dan Dana. Hal ini pun dapat menjadi nilai tambah bagi usaha ini, apalagi pelanggan tentu senang jika diberi diskon jika menggunakan e-wallet.
Nah, untuk Anda yang saat ini sedang mengelola usaha kuliner, terutama usaha restoran/rumah makan, apakah Anda sudah menjalani tips-tips di atas?
Apa pun bisnis yang sedang Anda jalani, andalkanlah selalu Moka sebagai sistem point-of-sale multiplatform berbasis cloud yang dapat membantu menyukseskan usaha Anda, mulai dari pencatatan penjualan hingga peningkatan loyalitas pelanggan.
Mau coba gratis Moka selama 14 hari dan buktikan sendiri bagaimana usaha bisa berkembang lebih pesat lewat berbagai fitur yang ditawarkan?