11 Tren Media Sosial 2020 yang Wajib Anda Catat! – Saat ini, media sosial telah berkembang dari sekadar tempat untuk berekspresi, tetapi juga menjadi kehidupan kedua.
Begitu banyak orang di dunia ini yang mulai menganggap jika media sosial adalah dunia di mana mereka bisa menjadi seseorang yang baru. Maka dari itu, tidak heran juga seseorang akan menghabiskan begitu banyak waktu di media sosial.
Temuan ini bukan isapan jempol belaka karena menurut hasil laporan Digital Around The World 2019, 150 juta warga Indonesia adalah pengguna aktif media sosial.
Baca juga: Panduan Digital Marketing dan Social Media Ads untuk Bisnis F&B
Laporan ini juga menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu hingga 3 jam untuk menggunakan media sosial. Diperkirakan, angka ini akan terus bertambah secara perlahan mengingat penetrasi smartphone dan jaringan internet akan semakin digalakkan di tahun 2020 ini.
Di tengah dunia yang serba digital ini, wajar kiranya jika orang-orang banyak yang menghabiskan waktu di media sosial. Media sosial telah menjadi suatu bagian yang integral dengan kehidupan orang-orang, sampai-sampai smartphone telah menjadi sebuah ekstensi dari tubuh seseorang.
Lebih lanjut, dalam Indonesia Millennial Report 2019 yang dirilis oleh IDN Media, disebutkan bahwa mayoritas milenial dan Gen Z langsung membuka smartphone begitu bangun tidur. Tentu aplikasi yang dibuka ini tidak jauh dari media sosial.
Melihat betapa pentingnya media sosial dalam kehidupan masyarakat dunia, kini banyak bisnis yang terjun ke aneka platform media sosial supaya bisa menjangkau target pasarnya. Tren ini telah berjalan selama beberapa tahun sehingga kini media sosial telah dipenuhi oleh beragam campaign yang dijalankan oleh bermacam brand.
Baca juga: 3 Tren Mobile Payment di Indonesia, Sekarang di Fase Mana?
Konsekuensinya adalah kini pengguna jadi lebih mudah jenuh dengan konten-konten yang dipublikasikan oleh brand, sehingga sulit untuk mencuri perhatian mereka. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus supaya konten-konten tersebut bisa stand out di tengah jutaan konten lainnya.
Salah satu cara terbaik supaya bisa stand out di antara lautan konten adalah dengan betul-betul memahami tren media sosial, khususnya di tahun 2020 ini. Sebab, dengan mengetahui tren yang ada, Anda bisa lebih mudah menentukan ke mana arah strategi yang bisa diambil.
11 Tren Media Sosial 2020 yang Wajib Anda Catat!
1. Konten-konten singkat akan terus diminati oleh pengguna media sosial
Ini dia tren media sosial 2020 yang pertama. Tahukah Anda, konten-konten singkat yang dimaksud di sini adalah konten video berdurasi tidak lebih dari 60 detik.
Konten-konten semacam ini semakin bertumbuh dan berkembang pesat berkat hadirnya platform semacam Instagram Story, Snapchat, atau pun TikTok. Namun, sadarkah Anda siapa pionir dari konten semacam ini?
Adalah Vine dan SnapChat yang mempopulerkan format konten semacam ini. Vine yang hadir dengan konsep video maksimal 6 detik ternyata semakin memancing kreativitas para kreator.
Mereka berlomba-lomba menghadirkan konten yang segar dan jenaka hanya dalam waktu 6 detik. Meskipun kini Vine telah tutup, namun konsep video berdurasi pendek ini telah hangat diterima oleh masyarakat.
Baca juga: Rahasia HEHA Sky View Jogja Ciptakan Peluang Bisnis Kekinian
Kemudian, Snapchat hadir dengan konsep video berdurasi tidak lebih dari 60 detik yang akan menghilang setelah 24 jam. Media ini ternyata cocok untuk mengundang orang-orang berbagi lebih banyak.
Bahkan, Snapchat begitu sukses dengan platformnya sampai-sampai Snap, perusahaan teknologi di balik Snapchat, meraup revenue hingga ratusan juta dollar setiap tahunnya. Hanya saja, supremasi Snapchat dalam teritori video berdurasi singkat ini perlahan mulai digeser oleh Facebook yang meluncurkan fitur Story pada Instagram.
Facebook pun semakin gencar untuk menghadirkan platform berbagi video berdurasi pendek dengan menghadirkan fitur Story pada aplikasi Facebook dan juga WhatsApp.
Bahkan, di luar itu semua, kini YouTube pun mulai membenamkan fitur yang sama pada platformnya. Semua ini menunjukkan bahwa konten semacam ini memang banyak peminatnya sehingga logis jika konten ini diasumsikan akan tetap populer di tahun 2020 mendatang.
Salah satu brand yang mulai mengikuti tren ini adalah Xing Fu Tang yang mengunggah ulang konten TikTok dari Cathy Sharon.
Apa yang dilakukan oleh Xing Fu Tang ini akan diikuti oleh brand lainnya, mengingat popularitas TikTok diprediksi akan terus meroket di tahun 2020 ini. Jadi, Anda bisa mulai memasukkan video-video semacam ini dalam strategi konten Anda.
2. Augmented reality akan semakin populer di kalangan pengguna media sosial
Beberapa tahun lalu, teknologi augmented reality terasa begitu jauh dari kehidupan nyata. Teknologi yang menyatakan antara dunia nyata dan dunia digital ini mungkin hanya bisa diaplikasikan pada bidang-bidang tertentu saja.
Dengan begitu, kesadaran masyarakat akan teknologi ini semakin terbatas. Namun, semua itu berubah semenjak teknologi ini diadopsi oleh platform media sosiall.
Dengan adanya teknologi augmented reality, para pengguna media sosial bisa berbagi foto atau video dengan stiker dan filter yang menempel pada wajah mereka. Diawali oleh Snapchat, kini teknologi ini sudah diadopsi oleh hampir semua media sosial seperti Instagram, TikTok, Line, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Es Teler Penuh Nostalgia ala Rumah Makan Murni 83
Tren pengadopsian teknologi augmented reality diprediksi belum akan surut di tahun 2020 mendatang, seiring dengan banyaknya filter yang lahir setiap harinya.
Beberapa filter bahkan begitu kreatif sehingga mengundang orang-orang untuk mencoba dan membagikannya. Sehingga tidak heran jika kini mulai banyak brand yang membuat filter atau stikernya sendiri.
Salah satu brand yang melakukannya adalah Minute Maid yang menghadirkan filter produknya di dalam aplikasi TikTok.
Ternyata strategi ini cukup berhasil karena banyak dari pengguna TikTok yang merasa “tertantang” untuk membuat video dengan menggunakan stiker ini.
Selain itu ada juga Sephora, yang menggunakan teknologi augmented reality supaya pengguna bisa melihat bagaimana hasil makeup tanpa perlu mencobanya langsung. Dengan demikian, brand bisa menciptakan user experience yang lebih baik.
3. Dihapusnya fitur likes pada Instagram
Likes nyatanya akan menjadi salah satu tren media sosial 2020 yang perlu Anda pahami. Sejak awal Instagram diluncurkan, fitur likes telah menjadi sesuatu yang integral. Setiap post pasti akan diukur “keberhasilannya” berdasarkan jumlah likes yang didapat.
Namun, perlahan lahan fitur yang awalnya digunakan sebagai media apresiasi telah menjadi sebuah ajang pencarian validasi bagi para penggunanya.
Kini, banyak dari pengguna Instagram yang sangat menginginkan likes yang tinggi, sehingga ketika tidak berhasil mendapatkannya, muncul beragam gangguan pada kesehatan mental mereka.
Alasan inilah yang mendorong Instagram perlahan-lahan menghapuskan fitur likes melalui serangkaian beta testing yang dilakukan pada tahun 2019 lalu.
Baca juga: Popoluca The Label, Brand Lokal yang Dobrak Pasar Fashion Nasional
Meskipun penghapusan fitur likes ini bertujuan mulia, namun bukan berarti hal ini tidak dibarengi dengan konsekuensi serius.
Sebab, Instagram telah menjadi platform beriklan yang paling efektif untuk saat ini. Banyak brand besar yang membayar mahal para influencers Instagram untuk memperkenalkan produknya.
Jika fitur likes sampai hilang, maka perhitungan sukses atau tidaknya campaign yang dijalankan bersama influencers akan semakin sulit dikuantifikasi.
Meskipun demikian, para brand masih bisa mengoptimasi Instagram Ads untuk mengetahui apakah campaign mereka telah mencapai key performance index yang ditetapkan atau tidak.
Jika fitur likes benar-benar dihapuskan maka marketing dengan memanfaatkan media sosial dan influencers akan berubah total. Besar kemungkinan media sosial lain pun akan mengambil langkah yang sama dengan Instagram.
4. Konten dari konsumen akan semakin krusial
Pada dasarnya, media sosial adalah ruang untuk komunikasi. Artinya, seharusnya terjadi interaksi antara dua pihak atau lebih di dalamnya. Oleh karena itu, konten hasil kreasi konsumen memiliki value yang berbeda dari sekadar konten produksi sendiri.
Dengan adanya user-generated content (UGC) semacam ini, brand bisa meningkatkan engagements-nya. Konten-konten yang dihasilkan juga biasanya lebih otentik dan jujur, sehingga lebih efektif untuk “memengaruhi” orang lain. Saat ini sudah cukup banyak brand yang memasukkan UGC ke dalam strategi mereka.
Saat ini Anda bisa menemukan banyak bisnis yang memasukkan konten-konten UGC ke dalam feed-nya.
Sebut saja Kami, brand yang fokus menawarkan pakaian-pakaian muslimah urban. Di dalam akun Instagramnya, Kami mengunggah ulang konten-konten dari para pembeli yang menggunakan produk-produknya.
Baca juga: Jacqueline Karina, Wanita Hebat di Balik Kokumi
Foto-foto ini selalu dibubuhi hashtag #kamipeople supaya pembeli lainnya bisa ikut post foto yang sama untuk diunggah ulang oleh Kami.
UGC ini bukan hanya berguna untuk mengisi media sosial Anda saja, melainkan juga bisa digunakan untuk mengatrol penjualan.
Salah satunya dengan mengadakan digital competition berupa kompetisi foto atau video yang mewajibkan peserta untuk berpose dengan menggunakan produk dari brand Anda. Dengan demikian, awareness dan angka penjualan akan meningkat secara beriringan.
5. Personalisasi konten akan semakin penting
Saat ini semua platform media sosial tengah berlomba-lomba menghadirkan algoritma khusus untuk menampilkan konten yang sesuai dengan kesukaan para penggunanya.
Mereka paham jika jutaan pengguna pastinya berbeda-beda, sehingga mustahil jika mereka hanya disajikan konten yang apa adanya. Untuk membuat mereka bertahan lama di platform tersebut, maka para pengguna harus disuguhkan konten yang sesuai dengan apa yang mereka cari, inilah yang membuat personalisasi konten semakin penting.
Langkah awal personalisasi konten adalah dengan mengetahui konten apa yang paling sering dilihat, dicari, dan disukai oleh pengguna.
Baca juga: 9 Cara Meyakinkan Konsumen Agar Mau Membeli Produk Anda
Ingat, segala kegiatan yang dilakukan Anda di media sosial adalah data. Data ini disimpan, diolah, dan diklasifikasikan dengan tujuan untuk lebih mengenali Anda.
Misalnya, pengguna sering menaruh likes pada konten tentang motivational speech, maka algoritma dari media sosial tersebut akan langsung membaca data tersebut dan menyuguhkan lebih banyak konten tentang motivational speech. Sederhana, tapi bermakna.
Selain untuk membuat user experience yang lebih baik, personalisasi konten juga bisa membantu lebih banyak brand memasarkan produknya dengan lebih efektif.
Logikanya sederhana, meyakinkan 1 juta orang dengan selera beragam tentu lebih sulit daripada meyakinkan 2 orang dengan selera yang sama. Inilah yang membuat brand mengoptimasi iklan produk mereka berdasarkan preferensi dari pengguna.
Oleh karena itu saat ini masing-masing platform media sosial semakin menyempurnakan layanan targeting ads mereka.
6. Insights dari media sosial akan semakin krusial dalam pembuatan strategi komunikasi
Dalam merancang sebuah strategi komunikasi tentu saja dibutuhkan data-data tentang bagaimana perilaku dari audiens yang disasar.
Data-data ini bisa diperoleh dari beragam sumber, mulai dari focus group discussion atau pun survey online. Kini, data tentang perilaku audience jadi lebih mudah diperoleh dengan adanya fitur insights dari platform media sosial.
Lewat fitur ini, pengguna bisa mengetahui siapa yang menjadi audiens terbesar, bagaimana cara mereka menghabiskan waktu di media sosial, kapan waktu mereka menggunakannya, berapa lama mereka menggunakan media sosial, hingga di mana lokasi mereka berada.
Data-data semacam ini sangatlah berharga dalam pembuatan strategi komunikasi karena sudah membantu Anda mengenali lebih dalam siapa target pasar Anda.
Baca juga: Lepas Penat di 13 Coffee Shop Jogja Paling Nyaman
Selain itu, insights ini juga bisa didapatkan dengan melakukan apa yang disebut social listening. Lewat cara ini, Anda bisa mengetahui bagaimana pembicaraan di jagat maya tentang produk Anda, kompetitor, atau keyword lain yang relevan dengan bisnis Anda.
Dengan demikian, Anda bisa menyesuaikan strategi komunikasi dengan lebih cepat karena insights yang dihasilkan dari social listening bersifat real-time.
Saat ini telah banyak perusahaan yang menyediakan tool social listening. Jadi, bagi Anda yang ingin meningkatkan sentimen positif terhadap brand Anda, manfaatkanlah tools social listening mulai dari sekarang.
7. Konten video akan semakin diminati oleh pengguna media sosial
Bagaimana pun juga, konten video mampu menampilkan lebih dari konten-konten foto. Informasi yang disampaikan bisa lebih kaya dan engaging ketimbang foto karena pengguna tidak harus menghabiskan banyak waktu untuk membaca caption.
Dengan tingkat atensi yang semakin kecil, menuliskan caption panjang untuk menjelaskan sesuatu terasa kurang efektif. Oleh karena itu, konten video menjadi medium yang tepat.
Saat ini platform media sosial semakin paham akan pentingnya konten video sehingga durasi yang disediakan semakin lama semakin panjang.
Contohnya seperti Instagram yang dulu hanya memperbolehkan video berdurasi 15 detik di platform-nya. Kini, video berdurasi 1 menit pun sudah bisa diunggah pada feed Instagram. Jika pengguna ingin mengunggah video yang durasinya lebih dari itu, mereka bisa memanfaatkan Instagram TV atau fitur Carousel.
Dengan demikian, pengguna bisa lebih fleksibel dalam menggunakan Instagram sebagai media berbagi video.
Baca juga: 15 Pilihan Coffee Shop Jakarta Favorit Para Pelanggan
Melihat betapa pentingnya konten video di masa mendatang, Anda bisa bisa mulai memasukkan video ke dalam strategi konten Anda.
Sebelum terlambat, ada baiknya Anda mulai mempelajari apa yang diperlukan untuk membuat konten video yang baik. Untuk membantu Anda, berikut ini beberapa tips dalam membuat konten video yang baik.
Pertama, fokus pada cerita yang menarik. Layaknya sebuah film, kekuatan utama dari konten video adalah cerita yang disampaikan.
Teknik pembuatan atau production value itu memang penting, namun pada akhirnya yang membuat sebuah video itu menghasilkan impact pada penontonnya adalah cerita atau pesan yang disampaikan. Jadi, penulisan cerita menjadi tahap yang tidak boleh dilewatkan.
Kedua, fokus pada misi ketimbang produk. Daripada fokus pada segala keunggulan dari produk yang dijual, lebih baik kuatkan pesan turunan dari misi yang Anda usung.
Contoh saja apa yang dilakukan oleh semua brand FMCG yang mengkampanyekan produknya dengan menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Sebab, pesan yang mengandung nilai kebaikan akan lebih melekat di benak para konsumen.
Ketiga, buatlah video yang tetap menarik ditonton di smartphone. Tahukah Anda bahwa konsumsi konten video di YouTube dengan menggunakan perangkat mobile meningkat 100 persen setiap tahunnya.
Salah satu cara untuk membuat konten yang mobile-friendly adalah dengan membuatnya secara vertikal layaknya konten di Instagram Story atau Snapchat.
Keempat, jangan lupakan SEO untuk video yang Anda buat. Untuk itu, buatlah deskripsi video dan judul video yang relevan dengan keyword dengan traffic tinggi di Google. Ingat, Google telah digunakan oleh jutaan orang setiap harinya sehingga jika Anda ingin traffic yang organik, maka manfaatkan keyword SEO.
Baca juga: 9 Tips Jika Ingin Resign untuk Membangun Bisnis Online
Kelima, jangan lupa sertakan call to action pada video yang Anda buat. Baik itu disertakan pada caption atau pun dalam video Anda. Dengan adanya call to action, para penonton bisa melakukan hal yang menjadi ekspektasi di balik pembuatan video Anda.
8. Targeting ads berdasarkan lokasi akan terus dimanfaatkan
Selain melalui personalisasi konten, media sosial juga memanfaatkan lokasi untuk memaksimalkan targeted ads mereka. Mengingat setiap smartphone telah memiliki teknologi GPS, kini data lokasi pengguna bisa diakses oleh platform media sosial, selama pengguna mengizinkannya.
Targeted ads berdasarkan lokasi bukan hanya mampu meningkatkan awareness, tetapi juga mampu meningkatkan conversion rate.
Di Indonesia sendiri marketing berdasarkan lokasi telah dijalankan oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi. Setiap kali pengguna berada di suatu lokasi, pengguna akan mendapatkan SMS berisi promo ada di daerah tersebut.
Baca juga: 9 Bisnis Sampingan Modal Kecil untuk Fresh Graduate
Selain oleh perusahaan telekomunikasi, cara ini juga bisa ditemukan pada Facebook Ads. Di dalamnya, Anda bisa menemukan opsi boost dengan pilihan lokasi.
Artinya, Anda bisa memaksimalkan Facebook Ads di lokasi-lokasi yang Anda inginkan. Misalnya, masyarakat di kota X belum banyak yang tahu dan membeli produk Anda, maka Anda bisa memaksimalkan Facebook Ads bagi pengguna yang tinggal di kota tersebut.
Pemilik brand dengan target pasar yang cukup niche juga bisa memaksimalkan fitur ini untuk memastikan produknya dipasarkan kepada target pasar yang relevan. Menarik bukan?
9. Social commerce akan mendominasi 2020
Ini dia tren media sosial 2020 selanjutnya. Social commerce adalah fitur baru yang disediakan oleh platform media sosial. Lewat fitur ini, pengguna bisa langsung membeli produk melalui halaman media sosial merchant, tanpa perlu membuka toko online atau website dari sang penjual. Bisa dibilang social commerce ini adalah percampuran dari media sosial dan e-commerce.
Fitur ini sudah ramai digunakan oleh para penjual untuk memasarkan produknya karena traffic media sosial yang sudah cukup tinggi ini bisa berkurang drastis jika pengguna harus membuka browser atau aplikasi lain untuk berbelanja.
Baca juga: 10 Podcast untuk Belajar Bisnis dari Nol
Dengan journey yang lebih singkat, social commerce menjanjikan efisiensi yang semakin memanjakan pembeli. Inilah yang mendorong social commerce diprediksi akan menjadi tren media sosial yang booming di tahun 2020 mendatang.
Salah satu platform yang sudah mulai merambah social commerce adalah Instagram dengan meluncurkan Instagram Shop.
Peluncuran fitur ini didasari oleh temuan Facebook bahwa 70 persen pembeli menggunakan Instagram untuk mencari produk yang mereka inginkan. Lewat fitur ini, jika pembeli ingin bertransaksi, maka mereka tidak akan diarahkan keluar aplikasi Instagram.
Dengan adanya built-in browser, pembeli bisa langsung memilih produk sesuai dengan keinginannya dan melakukan pembayaran.
Tren ini didukung adanya perubahan dalam perilaku konsumen. Saat masyarakat lebih aktif menggunakan smartphone dan media sosial untuk mengonsumsi konten dan mencari produk-produk yang mereka inginkan.
Jika Anda ingin mulai memasarkan produk dengan menggunakan social commerce, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, tujuan akhir dari social commerce adalah untuk memandu pembeli hingga selesainya transaksi. Ada beberapa cara untuk melakukannya, salah satunya adalah dari konten yang menarik. Mengingat manusia adalah makhluk visual, jadi Anda harus mempersiapkan foto produk yang mampu menarik minat pembeli.
Hal kedua yang harus diperhatikan adalah produk apa yang harus di-highlight. Saat mulai memasarkan produk melalui social commerce, Anda sebaiknya langsung menarik minat pembeli dalam waktu singkat. Maka dari itu, harga yang Anda tawarkan menjadi faktor penting yang harus diperhatikan.
Hal ketiga adalah bekerja sama dengan influencer. Saat ini marketing dengan influencers masih menjadi cara terbaik untuk memperkenalkan produk ke orang banyak. Saat ini platform media sosial juga telah menyediakan beragam fitur yang memungkinkan para influencers ini memasarkan produk Anda melalui akunnya. Menarik bukan?
10. Media sosial niche akan berkembang pesat
Instagram, Facebook, dan Twitter telah mendominasi pasar media sosial global. Namun, tahun 2019 menunjukkan data jika beragam media sosial unik dengan ceruk pasar sendiri mulai memiliki pertumbuhan yang positif. Contohnya adalah TikTok yang baru saja lahir pada tahun 2016 lalu.
TikTok telah menjadi kekuatan baru dalam jagat media sosial. Penggunanya tidak memandang usia atau pun social economy classification.
Mulai dari siswa sekolah dasar hingga selebriti papan atas Indonesia pun kini terjun ke TikTok. Lalu, apa yang membuat TikTok ini mampu menjadi penantang tangguh bagi Instagram dan Facebook?
Hal ini tidak lepas dari tendensi orang-orang yang ingin berbagi dan mengekspresikan kreativitasnya. Instagram, Facebook, atau pun Twitter tidak menyediakan fitur layaknya TikTok sehingga konten yang dihasilkan lewat aplikasi TikTok tidak bisa ditemukan pada ketiga raja media sosial tersebut.
Baca juga: 11 Akun YouTube untuk Belajar Bisnis Online Gratis
Tersedianya ribuan lagu dari seluruh dunia membuat para pengguna TikTok dapat membuat video lipsync atau pun dancing yang catchy tanpa perlu takut kontennya diturunkan oleh pihak label rekaman. Sebab, TikTok telah memastikan bahwa seluruh lagu yang ada telah mendapatkan lisensi sehingga bisa digunakan di dalam aplikasi TikTok.
Lebih lanjut, para kreator di TikTok pun terus menelurkan karya-karya yang sangat menarik untuk dibuat ulang, sehingga melahirkan bermacam challenge baru. Beberapa challenge yang potensial memang di-boost oleh pihak TikTok, namun kebanyakan challenge justru viral dengan sendirinya.
Usut punya usut, ternyata para pengguna TikTok mendapatkan kepuasan tersendiri saat mereka mengikuti challenge tertentu. Setiap challenge tidaklah mudah untuk ditiru sehingga menuntut mereka untuk latihan terlebih dahulu.
Proses latihannya pun memakan waktu mulai dari hitungan menit hingga jam, sehingga begitu mereka berhasil mengunggah videonya dan ditonton oleh ratusan orang, ada kebanggaan tersendiri yang mereka rasakan.
11. Mega Influencers akan mulai pensiun
Dalam industri endorsement, angka followers memang menjadi perhatian para brand. Namun, seperti yang sudah diketahui, followers kini bisa dibeli dengan mudah. Alhasil, kini brand mulai tidak lagi menjadi angka followers menjadi metrik utama dalam menentukan content creator yang ingin diajak kerja sama.
Kini brand lebih mementingkan engagement rate dari masing-masing content creator sebelum mengajaknya kerja sama. Sebab, engagement rate dapat menentukan apakah seorang content creator memiliki hubungan yang erat dengan para followers-nya. Semakin erat hubungan content creator dengan para followers-nya, maka semakin baik pengaruhnya terhadap produk yang mereka berikan endorsement.
Maka dari itu, kini brand besar mulai melirik nano influencer dengan followers di bawah 1000 orang karena mereka memiliki engagement rate yang lebih tinggi ketimbang mega influencer dengan followers jutaan. Para followers-nya pun terlihat lebih antusias dengan konten-konten yang diunggah oleh para nano influencer.
Baca juga: 5 Manfaat Micro Influencer Instagram untuk Kembangkan Bisnis Anda
Jika Anda adalah pihak brand yang sedang mencari siapa content creator terbaik untuk meng-endorse produk Anda, maka disarankan mencari content creator dengan engagement rate yang tinggi dan juga sesuai dengan niche atau ceruk pasar yang ingin Anda geluti. Dengan demikian, produk Anda akan semakin relatable dengan target pasar Anda.
Itu dia 11 tren media sosial untuk tahun 2020 mendatang. Jika Anda ingin memaksimalkan potensi dari media sosial untuk memasarkan produk Anda, maka 11 tren media sosial 2020 tersebut bisa menjadi rujukan dalam pembuatan strategi Anda. Selamat mencoba!