Strategi Word of Mouth (WoM) Mampu Meningkatkan Penjualan, Caranya? – Tech in Asia 2019 mengadakan sebuah diskusi panel bertema Technology era: How Digital & Word of Mouth Work Together? di Gamma Stage di JCC Senayan, Rabu (9/10/2019).
Dalam diskusi tersebut, hadir Bayu Ramadhan selaku VP Brand & Marketing Moka, Erick Wicaksono selaku VP Marketing Bukalapak, dan Dimas Novriandi selaku VP Digital Banking PR, Social, & Content Lead Bank BTPN guna berdiskusi lebih lanjut mengenai keterkaitan antara pemasaran digital dan strategi promosi dari mulut ke mulut atau Word of Mouth (WoM).
Untuk membuat sebuah brand menjadi lebih dikenal oleh masyarakat secara luas, diperlukan strategi yang tepat sasaran. Salah satu cara untuk membangun brand adalah dengan mengandalkan pemasaran digital yang biasanya dioptimalkan melalui berbagai kanal. Dua yang paling utama ialah media sosial dan website.
Akan tetapi, ada cara lain yang bisa digencarkan para marketer, yakni strategi mulut ke mulut. Menurut data yang dipublikasikan Nielsen, 92% orang mempercayakan rekomendasi yang datang dari teman atau keluarga dibandingkan dari produk dan layanan yang ditampilkan melalui iklan.
Di sisi lain, penelitian akademis pun menyatakan bahwa strategi Word of Mouth (WoM) dinilai sangat efektif karena mampu mengkonversi pelanggan potensial menjadi pelanggan sungguhan.
Diketahui bahwa 10% peningkatan Word of Mouth, baik secara lisan maupun di media sosial, mampu meningkatkan penjualan sebanyak 0,2-1,5%.
VP Brand & Marketing Moka, Bayu Ramadhan, mengatakan bahwa strategi Word of Mouth dapat membantu mempersingkat waktu pelanggan dalam mengambil keputusan.
“Dalam market B2B (Business to Business), periode untuk mengambil keputusan biasanya akan lebih lama dibandingkan dengan market B2C. Di sini peran strategi Word of Mouth (WoM) dalam memotong periode waktu karena unsur trust dapat mendorong lebih cepat,” ujar Bayu.
Bayu Ramadhan menambahkan, Moka seringkali mengaplikasikan strategi ZMOT atau Zero Moment of Truth. Bentuknya merupakan testimoni yang dipublikasikan di berbagai channel, termasuk media sosial.
“Kami berkolaborasi dengan merchant kami yang terpercaya dan menjadi inspirasi bagi para pebisnis lainnya untuk dijadikan contoh dan panutan,” imbuhnya.
Ya, tak dimungkiri bahwa strategi Word of Mouth ini memang bisa lebih bermanfaat, ketika dikombinasikan dengan pesatnya perkembangan teknologi dan pemasaran digital.
Hal ini pun disetujui oleh Erick Wicaksono selaku VP Marketing Bukalapak. Ia mengungkapkan bahwa channel digital memiliki peran penting dalam penyebarluasan Word of Mouth (WoM) yang lebih efektif.
“Word of Mouth atau sistem rekomendasi ini akan lebih berdampak luas dan besar dengan bantuan digital. Orang-orang akan lebih mudah mengaksesnya,” papar Erick.
Kemudian, Dimas Novriandi selaku VP Digital Banking PR, Social, & Content Lead Bank BTPN (Jenius) menjelaskan bahwa ada dua straregi Word of Mouth, yakni inspirational dan intentional.
Inspirational adalah gabungan dari kisah-kisah organik dari para pengguna Jenius. Sementara itu, intentional menggunakan pesan utama yang menggambarkan nilai sebuah brand dengan menggunakan peran influencer.
Ketiga pembicara pun setuju bahwa kehadiran Word of Mouth (WoM) dapat diartikan sebagai strategi yang cepat untuk mempromosikan suatu produk dan jasa.
Bisa dikatakan, pelanggan berperan sebagai brand advisor atau pihak yang mampu merekomendasikan suatu produk dan jasa, yang dinilai begitu efektif.
Jadi, sudahkah Anda menerapkan strategi Word of Mouth dalam bisnis Anda?