Rebut Pelanggan dengan 6 Strategi Marketing Terbaik Pasca Krisis – Perjuangan untuk melawan pandemi COVID-19 nyatanya belum berakhir. Masih banyak pemilik usaha yang harus bertahan, juga beradaptasi di era kernomalan baru ini.
Salah satu bentuk adaptasi yang bisa dilakukan adalah dengan merancang strategi marketing terbaik untuk bisa menciptakan relevansi dan urgensi di mata konsumen.
Baca juga: 5 Tren Bisnis Pasca COVID-19
Kini, strategi-strategi marketing yang selama ini berhasil dijalankan belum tentu membuahkan hasil yang sama. Oleh karena itu, agar Anda tak salah mengambil keputusan, berikut ini 6 strategi marketing terbaik pasca masa krisis yang bisa Anda terapkan.
Rebut Pelanggan dengan 6 Strategi Marketing Terbaik Pasca Krisis
1. Pahami persepsi dan perilaku konsumen pasca krisis
Setelah masa krisis usai, orang-orang sudah semakin terpapar dengan kebiasaan baru di era new normal ini. Memang, masyarakat seperti mendapatkan shock therapy yang membuat mereka semakin sadar hal apa saja yang seharusnya menjadi prioritas sejak awal.
Namun kabar baiknya, dari hasil survei yang dilakukan oleh McKinsey, konsumen Indonesia ternyata cenderung lebih optimis perekonomian dapat kembali pulih setelah pandemi COVID-19 usai. Sentimen positif ini membuat masyarakat Indonesia berencana membelanjakan uangnya jika perekonomian telah membaik.
Baca juga: 9 Cara Mengelola Keuangan di Tengah Pandemi COVID-19
Hasil temuan McKinsey ini merupakan kabar baik bagi Anda para pengusaha, karena adanya harapan untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Maka dari itu, strategi marketing terbaik yang bisa dilakukan Anda sebagai pengusaha adalah fokus untuk memahami bagaimana persepsi dan minat masyarakat terhadap produk Anda.
Untuk bisa memahami bagaimana perilaku konsumen selama dan sesudah pandemi, Anda harus memiliki rasa empati yang tinggi. Rasa empati ini bisa membantu Anda memahami perkembangan situasi terkini dan bagaimana perkembangan tersebut memengaruhi pola pikir konsumen.
2. Komunikasi brand harus relevan dengan situasi terkini
Rasa empati yang Anda miliki bisa membantu Anda merumuskan komunikasi yang relevan, peka terhadap isu terkini, dan sejalan dengan suasana batin konsumen.
Bagian ini akan cukup rumit karena salah menentukan komunikasi justru membuat konsumen kehilangan kepercayaan terhadap brand Anda. Anda bisa belajar dari kasus Pepsi yang menggandeng model Kendall Jenner pada iklan bertajuk Live for Now.
Iklan tersebut dirilis pada 2017 dan mendapatkan begitu banyak kritik karena terkesan meremehkan pergerakan masyarakat minoritas dalam menyuarakan ketidakadilan. Iklan ini seringkali dianggap sebagai contoh komunikasi yang kurang peka karena tidak memiliki rasa empati terhadap realita yang dihadapi oleh kaum minoritas setiap hari.
Baca juga: 11 Peluang Bisnis Rumahan Pasca COVID-19 yang Bakal Laris Manis
Di sisi lain, banyak pula brand yang berhasil membuat komunikasi yang relevan dan diterima oleh masyarakat. Contohnya, seperti Dove dan Burger King yang memberikan apresiasi kepada para petugas medis sekaligus mengingatkan orang-orang untuk tetap di rumah selama pandemi.
Adapun untuk fase pasca COVID-19 maka komunikasi tersebut mungkin sudah tidak terlalu relevan lagi. Mengingat kini negara-negara di dunia mulai mengangkat aturan pembatasan sosial, komunikasi yang ke arah new normal akan jadi lebih relevan.
Maka dari itu, strategi marketing terbaik yang bisa dilakukan adalah mengarahkan komunikasi brand Anda kepada bagaimana orang-orang bisa bisa beraktivitas dengan aman meski di luar ruangan.
Baca juga: 13 Cara Menghilangkan Stres Akibat Pandemi COVID-19
3. Tunjukkan kontribusi perusahaan dalam mengatasi krisis
Mau tak mau, pandemi COVID-19 hanya bisa dikendalikan secara bersama-sama. Itu artinya semua orang, baik individu maupun perusahaan, harus aktif berkontribusi sesuai kapasitasnya masing-masing.
Perusahaan dengan empati yang tinggi pasti akan langsung menunjukkan kepeduliannya dengan meningkatkan frekuensi kegiatan company social responsibility (CSR) yang menyasar kalangan-kalangan terdampak atau dengan cara-cara lain yang unik.
Contoh kontribusi perusahaan yang paling umum kita jumpai saat ini adalah dengan mengadakan konser amal virtual. Di Indonesia sendiri, konser amal virtual cukup sering diadakan dengan menggandeng sederet musisi-musisi ternama. Mulai dari Slank, Isyana Sarasvati, Raisa, hingga mendiang Didi Kempot.
Baca juga: 6 Strategi Bisnis di Era New Normal demi Penjualan Maksimal
Selain aktif dalam menggalang dana, banyak pula brand yang menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan layanan gratis kepada para konsumennya seperti yang dilakukan oleh Nike, mulai memproduksi masker seperti New Balance, ataupun menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk memproduksi Alat Pelindung Diri seperti Sritex dan desainer Anne Avantie.
Terkait salah satu strategi marketing terbaik, cara-cara di atas mungkin tidak menghasilkan “ledakan” penjualan dalam waktu singkat, tetapi dalam jangka panjang bisa menarik calon-calon pelanggan setia baru yang menyukai itikad baik Anda.
Belum lagi adanya potensi ulasan positif dari media dan komunitas-komunitas pencinta dunia marketing sehingga semakin memudahkan bisnis Anda menjadi top of mind konsumen.
4. Cekatan dalam merespon kenormalan yang baru
Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa situasi bisa berubah 180 derajat dalam waktu singkat. Tak ada yang menyangka kalau penyebaran virus bisa secepat ini dan menimbulkan dampak sebesar ini.
Strategi marketing semua brand yang sudah dirancang sejak awal tahun pun mau tak mau harus dirombak total untuk mengakomodasi perubahan gaya hidup yang sangat cepat.
Baca juga: 10 Karakter Pengusaha Sukses Saat COVID-19
Kenormalan yang baru pun bukan lagi sebuah wacana. Hasil studi yang dilakukan oleh Harvard University menunjukkan bahwa masyarakat dunia masih harus menjalankan physical distancing dalam derajat tertentu selama belum ditemukannya vaksin.
Maka dari itu, salah satu strategi marketing terbaik pasca COVID-19 adalah dengan menggunakan new normal sebagai dasar. Lalu, bagaimanakah cara yang tepat untuk merespon kenormalan yang baru ini?
Anda bisa mulai dengan menggali insights dari konsumen. Seperti yang sudah diketahui, kenormalan yang baru ini akan merubah pemahaman konsumen tentang hal apa saja yang lazim.
Baca juga: Wahai Para Pebisnis, Catat 5 Tren Bisnis Pasca COVID-19 Ini
Bagaimana keadaan mental mereka, bagaimana pola pikir mereka, dan apa saja prioritas mereka adalah insight berharga yang bisa membantu Anda merancang strategi marketing pasca COVID-19.
Untuk itu, Anda bisa menyebarkan kuesioner, mengadakan focus group discussion, melakukan social listening, dan aktif mengawasi perbincangan di media sosial.
5. Komunikasi yang konsisten kepada konsumen
Perlu diketahui, cekatan dalam merespon new normal bukan berarti gegabah dalam mengambil langkah. Dalam fase ini, toko-toko sudah mulai diizinkan beroperasi sehingga konsumen sudah mulai bisa berdatangan.
Untuk itu, strategi komunikasi yang tepat adalah dengan menunjukkan bahwa Anda telah membuka kembali bisnis Anda namun dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Baca juga: 7 Persiapan Menghadapi Tren Bisnis Ritel Pasca COVID-19
Anda bisa contoh apa yang dilakukan oleh Homebase dan B&Q, perusahaan perkakas rumah asal Inggris. Selama masa physical distancing, kedua perusahaan ini fokus melakukan pemasaran menggunakan konten media sosial.
Keduanya aktif membagikan tips-tips membuat rumah senyaman mungkin selama physical distancing, sembari mengajak konsumen untuk mengunjungi cabang-cabang Homebase dan B&Q.
Tak lupa, keduanya pun tetap mengingatkan konsumen untuk mematuhi protokol kesehatan demi kebaikan bersama. Cara yang dilakukan oleh Homebase dan B&Q ini ternyata mendapatkan respon positif dari para konsumen karena mereka merasa aman untuk berbelanja di Homebase dan B&Q.
Baca juga: Cara Efektif Membuat dan Memantau Konten Media Sosial Bisnis
Di sisi lain, ada pula brand yang tak konsisten dalam komunikasinya. Contohnya seperti perusahaan fast-food Greggs di Inggris Raya.
Sebelumnya, Greggs mengumumkan akan kembali membuka semua cabangnya di Inggris Raya, namun kemudian keputusan ini dibatalkan dengan alasan risiko membludaknya pelanggan saat pembukaan kembali. Hal ini menunjukkan kurangnya perencanaan dari sisi manajemen, sehingga membuat konsumen merasa ragu dengan brand tersebut.
Maka dari itu, sebelum menjalankan sebuah campaign untuk mendukung keputusan bisnis Anda, sebaiknya perhatikan terlebih dahulu bagaimana mood kolektif masyarakat agar strategi marketing Anda tidak terkesan kurang peka.
6. Fokuskan ke toko online
Physical distancing membuat orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Selama itu, mereka mengandalkan online shop untuk berbelanja berbagai kebutuhan. Baik itu untuk kebutuhan pokok ataupun sekunder. Tren ini diprediksi tidak akan banyak berubah selama masa transisi new normal.
Ke depannya, physical distancing akan tetap diterapkan oleh orang-orang meski aturan pembatasan sosial telah diangkat. Dengan demikian, mereka masih akan tetap mengandalkan online shop untuk mengurangi interaksi sosial secara langsung. Oleh karena itu, ada baiknya Anda menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk membuat toko online.
Anda bisa mengandalkan platform e-commerce, media sosial, atau membuat website tersendiri sebagai toko online Anda. Masing-masing kanal memiliki keunggulan dan kelebihannya masing-masing.
Misalnya, platform e-commerce memberikan kemudahan ekstra karena Anda tak perlu repot-repot membuat toko online sendiri. Kanal media sosial memungkinkan Anda untuk langsung menargetkan produk ke target pasar Anda. Sedangkan toko online menciptakan pengalaman belanja yang lebih premium bagi pembeli.
Dalam menentukan kanal apa yang tepat untuk bisnis Anda, kembali pada kebutuhan, sumber daya yang Anda miliki untuk saat ini, produk yang dijual, dan siapa target pasar Anda.
Namun, tren yang berkembang saat ini adalah para brand besar mulai memiliki toko online resmi di berbagai platform e-commerce karena lebih cost-effective ketimbang membuat toko online-nya sendiri. Sedangkan media sosial digunakan sebagai kanal komunikasi dan promosi guna menarik minat konsumen.
Itu dia 6 strategi marketing terbaik pasca krisis yang bisa Anda terapkan. Kini, Anda dituntut untuk jadi lebih peka, proaktif, dan cekatan dalam merespon perubahan. Tentunya ini adalah tantangan yang tak mudah, apalagi Anda juga harus memikirkan operasional bisnis yang seringnya menyota waktu, tenaga, dan pikiran.
Namun tenang saja, aplikasi kasir Moka selalu ada untuk membantu mempercepat proses transaksi penjualan, mulai dari pencatatan hingga pembuatan laporan penjualan. Dengan Moka, Anda tak perlu lagi pusing dengan catatan pembayaran yang berantakan, uang yang tercecer, atau segalanya yang serba manual.
Mau tahu lebih banyak bagaimana Moka bisa membantu bisnis Anda menjadi lebih cepat dan praktis? Yuk, coba gratis 14 hari!