Moka Logo
Lump Sum Adalah: Definisi, Manfaat, dan Contohnya

Tips Bisnis

Lump Sum Adalah: Definisi, Manfaat, dan Contohnya

7 min

by

Bingung saat harus mengelola pembayaran secara angsuran? Jika iya, lump sum adalah cara yang sangat efektif untuk mengelola pembayaran sekaligus menjaga arus kas bisnis tetap stabil. Bayangkan saja, dengan membayar satu kali di awal, Anda bisa menghindari biaya tersembunyi yang berpotensi mengganggu keuangan bisnis. 

Tapi, tentu saja, seperti keputusan bisnis lainnya, Anda perlu mengenal seluk-beluk lump sum terlebih dahulu sebelum memilih sistem pembayaran ini. Yuk, kita simak informasi selengkapnya melalui ulasan berikut!

Apa Itu Lump Sum?

Lump sum adalah pembayaran yang dilakukan satu kali (tunggal) dalam jumlah penuh sekaligus. Sebagai pihak penerima, Anda akan langsung menerima uang sejumlah nilai transaksi dari pihak pembayar. Dengan kata lain, lump sum bukanlah sistem pembayaran berkala atau angsuran.

Di dunia bisnis, lump sum dapat diterapkan dalam beragam konteks; mulai dari pembelian aset, kontrak kerja, hingga investasi. Apa pun konteks yang berlaku, sistem lump sum dapat memberikan Anda dana besar sekaligus, yang bisa Anda gunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan bisnis. Di samping itu, pengelolaan dana juga lebih mudah karena hanya melibatkan satu kali transaksi.

Untuk mendukung kelancaran pembayaran lump sum, biasanya pihak pembayar dan penerima akan membuat kontrak. Nah, kontrak lump sum ini terbagi menjadi beberapa jenis. Ada apa saja?

Jenis Kontrak Lump Sum

Secara umum, kontrak lump sum terbagi menjadi jenis fixed price, cost plus contract, time and materials, dan unit pricing. Tiap jenis kontrak memiliki karakteristik, tingkat fleksibilitas, dan tingkat risiko tersendiri. Berikut masing-masing perbedaannya:

  • Lump sum fixed price

Pada kontrak lump sum fixed price, penyedia produk atau jasa setuju untuk menyelesaikan seluruh proyek dengan harga tetap yang telah disepakati di awal. Harga tersebut sudah mencakup seluruh pekerjaan, material tenaga kerja, dan keuntungan.

Jika berhasil menyelesaikan proyek dengan biaya lebih rendah dari nilai kontrak, pihak penyedia produk atau jasa akan menerima lebih banyak keuntungan. Di sisi lain, klien juga mendapat kepastian biaya sehingga bisa mengurangi risiko anggaran membengkak.

Namun, bagaimana jika biaya aktual pelaksanaan proyek ternyata lebih besar daripada nilai pada kontrak? Pada situasi seperti ini, pihak penyedia produk atau jasa yang harus menanggung biaya tambahan tersebut.

  • Cost plus contract

Cost plus contract lump sum adalah kontrak di mana klien membayar seluruh biaya aktual yang dikeluarkan penyedia produk atau jasa selama proyek, ditambah dengan biaya overhead dan margin keuntungan yang telah disepakati bersama. 

Dengan kata lain, biaya proyek dihitung berdasarkan pengeluaran aktual selama pengerjaan hingga penyelesaian proyek. Lalu, biaya tersebut ditambah dengan fee keuntungan bagi penyedia produk atau jasa. Fee keuntungan dapat berupa angka tetap atau persentase dari total biaya (misalnya 15%). Kedua belah pihak harus menyetujui jumlah biaya tersebut.

Cost plus contract umumnya lebih cocok untuk proyek yang rentan mengalami perubahan atau butuh fleksibilitas tinggi. Di sisi lain, tidak ada kepastian total biaya di awal sehingga bisa muncul risiko pembengkakan biaya.

Baca juga: Surat Perjanjian Jual Beli: Cara Membuat dan Contohnya

  • Time and materials

Jika menerapkan kontrak time and materials, klien harus membayar penyedia produk atau jasa berdasarkan material yang digunakan dan waktu yang dihabiskan selama proyek berlangsung. Jadi, kontrak satu ini tidak menetapkan harga pasti di awal. Jumlah pembayaran sangat bergantung pada jumlah material dan durasi kerja.

Biasanya, kontrak time and materials diterapkan pada proyek dengan ruang lingkup yang sangat dinamis atau butuh penyesuaian terus-menerus. Hal ini menciptakan fleksibilitas bagi klien untuk mengubah atau menambah pekerjaan. Sementara itu, Anda dapat memastikan bahwa setiap usaha dan pengeluaran akan dihargai.

  • Unit pricing

Dalam kontrak unit pricing, biaya ditentukan berdasarkan unit kerja tertentu, contohnya per unit barang, per meter kubik, atau per ton material. Pada umumnya, jumlah biaya per unit tersebut ditentukan di awal proyek. Jadi, total biaya proyek nantinya bergantung pada jumlah unit yang berhasil diselesaikan.

Jenis kontrak satu ini cocok untuk proyek dengan skala variabel, contohnya seperti pembangunan jalan atau pengadaan material bangunan. Di sisi lain, Anda juga dapat meminimalisir risiko jika terjadi perubahan kuantitas pekerjaan. Supaya tidak rugi, pastikan Anda menghitung unit kerja secara akurat.

Manfaat Lump Sum

Dengan sistemnya yang fokus pada pembayaran tunggal, lump sum adalah metode pembayaran yang dapat memberikan berbagai manfaat berikut:

  • Pemasukan bisnis jadi lebih konsisten

Melalui pembayaran lump sum, Anda akan menerima biaya pengerjaan proyek sesuai jumlah yang disepakati dalam satu kali pembayaran. Sistem ini memberikan Anda pemasukan yang stabil dan terjamin, sehingga membantu mengurangi ketergantungan pada pembayaran berkala (angsuran) maupun risiko pembayaran terlambat.

Konsistensi tersebut dapat mempermudah bisnis dalam mengelola arus kas, seperti membayar gaji karyawan dan biaya operasional. Di samping itu, Anda juga bisa menyederhanakan proses penagihan karena tidak perlu bolak-balik memantau pembayaran angsuran dari klien.

  • Kemudahan perhitungan keuangan

Sistem lump sum dapat membantu menyederhanakan pengelolaan keuangan bisnis, sebab biaya yang Anda terima sudah jelas dan tetap sejak awal. Alhasil, anggaran dana jadi lebih akurat karena sudah mencakup seluruh kebutuhan proyek. 

Di sisi lain, baik pihak penyedia produk atau jasa maupun klien tidak perlu lagi memecah biaya menjadi komponen-komponen kecil. Anda juga tidak perlu menghitung ulang pembayaran berdasarkan perkembangan proyek. Tidak adanya perubahan harga dapat mengurangi risiko salah hitung, sekaligus menghemat waktu dalam pelaporan keuangan.

Baca juga: Apa Itu Laporan Keuangan dan Pentingnya Untuk Kesuksesan Bisnis

  • Kejelasan negosiasi lebih tegas

Pembayaran lump sum idealnya selalu disertai kontrak. Tujuannya untuk memastikan bahwa semua pihak memahami total biaya proyek yang harus dibayarkan, sehingga meminimalisir potensi konflik. Adanya kontrak juga dapat menciptakan rasa aman bagi kedua belah pihak karena masing-masing memiliki kewajiban yang jelas.

Lalu, dengan sistem pembayaran tunggal, proses negosiasi lump sum biasanya lebih sederhana. Kedua belah pihak akan fokus pada total biaya proyek, bukan pada rincian per komponen. Alhasil, proses persetujuan kontrak bisa lebih cepat selesai.

  • Menjaga kelancaran proyek

Manfaat lain dari lump sum adalah kelancaran proyek yang lebih terjaga tanpa gangguan finansial atau administratif. Dengan pembayaran yang sudah jelas dan disepakati di awal, Anda bisa fokus menyelesaikan proyek tanpa memusingkan masalah pendanaan. Di sisi lain, klien juga tidak perlu mencocokkan pembayaran dengan progress pengerjaan proyek.

Sistem seperti ini dapat mengurangi risiko proyek tertunda akibat pembayaran terlambat. Apalagi, dengan biaya yang sudah tersedia, Anda pun bisa merencanakan pengerjaan proyek dengan lebih efektif. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan antara Anda dan klien.

Contoh Penerapan Lump Sum

Sistem pembayaran lump sum dapat diterapkan pada berbagai sektor bisnis, mulai dari penyedia jasa konstruksi hingga pembayaran pajak usaha. Seperti ini contohnya:

  • Usaha konstruksi

Perusahaan konstruksi umumnya menggunakan kontrak fixed price untuk menentukan total biaya proyek di awal. Sistem tersebut memungkinkan Anda mengelola dana secara efisien agar bisa menyelesaikan proyek tepat waktu. 

Contohnya, perusahaan konstruksi yang Anda jalankan baru saja menerima kontrak lump sum senilai Rp5 miliar untuk membangun gedung kantor 5 lantai. Kontrak ini sudah mencakup semua biaya material, perizinan, tenaga kerja, hingga keuntungan perusahaan. Namun, jika ada kenaikan harga material, Anda harus membayar biaya tambahan tersebut kecuali ada kontrak tambahan.

  • Usaha teknologi

Bisnis di bidang teknologi juga dapat menerapkan pembayaran lump sum, lho. Beberapa proyek teknologi yang umumnya menerapkan sistem pembayaran ini adalah pengembangan aplikasi atau lisensi perangkat lunak. 

Sebagai contoh, perusahaan teknologi mendapatkan pembayaran lump sum senilai Rp1 miliar untuk mengembangkan aplikasi online shop lengkap dalam waktu 6 bulan. Untuk menghindari revisi dan meningkatkan efisiensi, Anda perlu merancang proyek tersebut dengan spesifikasi yang jelas.

  • Usaha perbankan

Pada sektor perbankan, contoh penerapan lump sum adalah untuk layanan konsultasi atau penyelesaian sengketa. Misalnya, bank membayar konsultan keuangan sebesar Rp500 juta untuk merancang strategi manajemen risiko perbankan dengan durasi pengerjaan 3 bulan.

Di satu sisi, bank bisa mengetahui biaya pasti proyek tanpa harus menghitung per jam kerja konsultan. Sementara itu, Anda sebagai konsultan dapat menyelesaikan proyek sesuai target tanpa perlu menghitung waktu kerja.

  • Pembayaran pensiun karyawan

Ternyata, pembayaran pensiun karyawan juga dapat dilakukan dengan sistem lump sum. Jadi, perusahaan memberikan pensiun karyawan dalam satu kali pembayaran sebagai pengganti pembayaran pensiun bulanan. Contohnya, karyawan yang pensiun mendapatkan lump sum Rp500 juta dari perusahaan sebagai bagian dari program pensiun.

Dengan begini, karyawan bisa langsung mengelola uang pensiun tersebut sesuai kebutuhan. Di sisi lain, perusahaan juga tidak perlu mengelola pembayaran bulanan pensiun karyawan secara jangka panjang. Hal ini pun dapat mempermudah pengelolaan keuangan perusahaan.

  • Pembayaran pajak usaha

Lump sum dapat membantu pelaku bisnis dalam membayar kewajiban pajak sekaligus. Misalnya, sebuah perusahaan berskala kecil membayar pajak lump sum Rp35 juta per tahun sesuai peraturan fiskal untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Jadi, perusahaan tersebut tidak perlu menghitung pajak per transaksi.

Sistem lump sum untuk membayar pajak cenderung lebih efisien bagi usaha kecil, khususnya yang belum punya terlalu banyak sumber daya untuk mengelola pajak. Namun, apabila omzet perusahaan berubah signifikan, bisa jadi pembayaran bersistem lump sum kurang cocok dengan kondisi usaha. 

Baca juga: Wajib Tahu! Ini 13 Jenis-Jenis Pajak yang Berlaku di Indonesia

Rumus Lump Sum Adalah… 

Lump sum dihitung menggunakan rumus tertentu. Nah, pada dasarnya, rumus lump sum tersebut bergantung pada konteks penerapannya. Tapi, secara umum, lump sum adalah total biaya yang dihitung sekaligus tanpa butuh pembagian lebih lanjut. Kalau memang ada beberapa variabel yang perlu disertakan, rumus berikut sering digunakan:

  • Keperluan proyek

Pada proyek seperti konstruksi atau pengembangan aplikasi, penghitungan lump sum biasanya melibatkan komponen biaya langsung, biaya tidak langsung, dan margin keuntungan. Seperti ini rumusnya: 

Lump Sum = Total Biaya Langsung + Total Biaya Tidak Langsung + Margin Keuntungan

Sebagai contoh, katakanlah Anda mendapat proyek pembangunan hotel dengan detail biaya seperti ini:

  • Biaya langsung (tenaga kerja, material): Rp1 miliar;
  • Biaya tidak langsung (perizinan, overhead): Rp200 juta;
  • Margin keuntungan: 20% dari total biaya langsung dan tidak langsung.

Lump sum = Rp1 miliar + Rp200 juta + (20% x 1,2 miliar)

= Rp1,2 miliar + Rp240 juta

= Rp1,44 miliar.

Jadi, nilai lump sum yang Anda terima dari proyek pembangunan hotel adalah Rp1,44 miliar.

  • Keperluan investasi

Sementara itu, dalam konteks investasi, biasanya lump sum lebih sering diterapkan untuk menghitung nilai investasi tunggal yang tumbuh selama periode tertentu dengan bunga tetap. Rumus yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut: FV = P (1 + r)n

Keterangan:

  • FV: nilai masa depan investasi;
  • P: lump sump awal atau jumlah pokok investasi;
  • r: suku  bunga tahunan (dalam desimal);
  • n: periode investasi.

Anggaplah Anda menginvestasikan lump sum sebesar Rp100 juta di rekening deposito. Periode investasi adalah 3 tahun dengan bunga tahunan 10%. Maka, contoh penghitungannya adalah seperti berikut:

FV = Rp100 juta x (1 + 0,1)3

= Rp100 juta x 1,331

= Rp133.100.000.

Jadi, nilai masa depan investasi yang akan Anda terima adalah Rp1.333.100 setelah tiga tahun.

Kapan Sebaiknya Anda Menggunakan Lump Sum?

Lump sum adalah metode pembayaran yang efektif dalam beberapa situasi bisnis tertentu. Hal ini sangat bergantung pada kebutuhan, jenis bisnis, dan proyek yang berlangsung. Misalnya, jika proyek yang Anda kerjakan memiliki durasi singkat dan tidak terlalu kompleks, lump sum dapat menjadi metode yang ideal. 

Dengan lump sum, biaya proyek yang singkat bisa dihitung sekaligus. Baik Anda dan klien pun bisa menghindari penghitungan biaya bertahap yang tidak diperlukan. Contoh proyek yang dimaksud adalah event organizer untuk acara satu hari atau pengadaan peralatan kantor sederhana.

Selain itu, lump sup juga dapat diterapkan ketika suatu proyek sudah memiliki ruang lingkup yang jelas dan tetap. Misalnya seperti kontrak pembangunan rumah dengan desain, jadwal, dan material yang telah disepakati. Pada proyek tetap seperti ini, lump sum dapat menghindari perubahan biaya tidak terduga, serta memudahkan perencanaan anggaran bagi Anda maupun klien.

Lump sum adalah metode pembayaran tunggal dalam jumlah penuh yang diberikan sekaligus. Berbagai sektor bisnis bisa menerapkannya selama sesuai dengan kondisi perusahaan dan kebutuhan proyek. Tapi, pada umumnya, lump sum sering diterapkan oleh bisnis konstruksi, keuangan, dan teknologi.

Jika Anda tertarik menerapkan metode pembayaran lump sum, pastikan nanti Anda menghitung total biaya secara tepat agar bisa menutupi kebutuhan proyek sekaligus memberi keuntungan. Supaya hasil penghitungannya akurat, pertimbangkan pemasukan bisnis Anda selama ini. Hal tersebut akan lebih mudah dilakukan jika Anda menggunakan sistem Point of Sale dari Moka.

Aplikasi Point of Sale Moka dilengkapi dengan berbagai fitur untuk mempermudah kegiatan operasional, administrasi, hingga pengembangan bisnis Anda. Salah satunya adalah fitur Laporan Penjualan Harian, yang mencatat transaksi penjualan harian bisnis Anda secara otomatis. Dengan begini, Anda bisa menghitung jumlah pemasukan harian, mingguan, hingga bulanan. Data ini dapat Anda gunakan untuk menghitung total lump sum sesuai kebutuhan.

Tentunya, masih banyak lagi fitur fungsional yang tersedia di Point of Sale Moka, mulai dari Manajemen Pesanan, Laporan Stok Barang, hingga Pengelolaan Promosi. Jadi, tunggu apa lagi? Daftar sekarang juga, atau jadwalkan demo untuk merasakan sendiri kemudahan mengelola bisnis dengan aplikasi Point of Sale Moka! Jika butuh informasi lebih lanjut, kunjung website Moka!

Social Media Share :